Analisis Daya Saing Komoditas Bawang Merah Di Kabuapaten Nganjuk. ...(32)


Globalisasi   perdagangan international memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional,  termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatan-kesepakatan GATT, WTO, AFTA, AFEC dan organisasi perdagangan dunia lainnya, satu sisi memberi peluang terhadap sektor pertanian di Indonesia, jika agribisnis yang dilakukan memiliki daya saing, sisi lain merupakan ancaman terhadap komoditas pertanian jika tidak memiliki daya saing.  Daya saing dapat dilihat dari keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Komoditas bawang merah dipandang lebih siap memasuki era pasar bebas dibanding komoditas pangan lainnya. Karena memiliki kemandirian dan campur tangan pemerintah terhadap harga produksi relatif kecil. Komoditas bawang merah dipandang sebagai sumber pertumbuhan baru untuk dikembangkan dalam system agribisnis, karena mempunyai keterkaitan yang kuat baik ke sektor industri hulu pertanian (up stream agriculture) maupun keterkaitan ke hilir (on farm agriculture), yang mampu menciptakan nilai tambah produksi dan menyerap tenaga kerja melalui aktivitas pertanian sekunder  (down stream agriculture). Di sisi yang lain, bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki fluktuasi dan sensitivitas  harga yang cukup tinggi, terutama karena perubahan permintaan dan penawaran.

Kabupaten Nganjuk merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Jawa Timur yang memiliki potensi wilayah  kondusif bagi pengembangan bawang merah.  Dengan keunggulan komparatif yang dimiliki dalam hal potensi wilayah dan tenaga kerja diharapkan mampu meningkatkan daya saing komoditas bawang merah.

Berdasarkan konsep diatas, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut : (1) Apakah usahatani bawang merah di Kabupaten Nganjuk memberikan pendapatan finansial dan ekonomi, (2) Apakah usahatani bawang merah memiliki keunggulan komparatif, (3) Apakah usahatani bawang merah memiliki keunggulan kempetitif. (4) Apakah dampak perubahan produktivitas, harga input-output, nilai tukar rupiah dan kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap daya saing komoditas bawang merah.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah ; (1) Menganlisis pendapatan finansial dan ekonomi usahatani bawang merah di Kabupaten Nganjuk. (2) Menganalisis keunggulan komparatif usahatani bawang merah di kabupaten Nganjuk. (3) Menganalisis keunggulan kompetitif usahatani bawang merah di kabupaten Nganjuk. (4) Menganlisis dampak perubahan-perubahan, harga input-output dan kebijakan pemerintah terhadap daya saing komoditas bawang merah.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : (1) Pendapatan finansial dan ekonomi bawang merah di Kabupaten Nganjuk bernilai positif. (2) Usahatani bawang merah di Kabupaten Nganjuk memiliki keunggulan komparatif. (3) Usahatani bawang merah di Kabupaten Nganjuk memiliki keunggulan kompetitif. (4) Perubahan produktivitas usahatani dan harga output berpengaruh positif terhadap keunggulan komparatif dan kompetitif. (5) Perubahan harga input, upah tenaga kerja dan nilai tukar mata uang berpengaruh negatif terhadap keunggulan komparatif dan kompetitif.    

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Nganjuk. Pemilihan lokasi usahatani dilakukan dengan cara sengaja (purposive) yaitu di Desa Sukorejo dan Desa Sidokare Kecamatan Rejoso dipilih sebagai lokasi usahatani, karena kedua desa tersebut merupakan sentra produksi bawang merah di Kabupaten Nganjuk.

Penentuan populasi yang didasarkan data sekunder dari Dinas Pertanian dan Perkebuanan Kabupaten Nganjuk dengan menggunakan total sampling  (total sampling methode),  dengan tujuan sebagai sample penelitian yang dilakukan dengan cara stratified random sampling jumlah sample yang diambil 20% dari jumlah populasi.  Petani responden di Desa Sukorejo berjumlah 30 orang, sedangkan petani di Desa Sidokare sebanyak 34 orang juga.
Pengambilan sample untuk aktivitas pemasaran dilakukan dengan metode Rapid Marketing Appraisal (RMA), dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang biaya pemasaran dan harga di tingkat konsumen dari berbagai sumber terkait secara akurat dan cepat. Responden dipilih secara sengaja (purposive), yang terdiri dari : (a) Lembaga pemasaran output, (b) Lembaga pemasaran input, diantaranya PT Pupuk Petrokimia dan toko sarana produksi pertanian, (c) Dinas dan lembaga  pemerintahan terkait, seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Pertanian dan Perkebunan dan Bea Cukai Tanjung Perak Surabaya/Wilayah Kediri, (d) Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, (e) Informan kunci.
Metode analisis data yang digunakan adalah (1) Analisis Domostic Resource Cost (DRC), (2) Policy Analysis Matrix (PAM) dan  (3) Analisis Sensitivitas.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
(1)               Pendapatan ekonomi usahatani bawang merah di Kabupaten Nganjuk bernilai positif (> 0), artinya bahwa usahatani bawang merah memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat secara umum. Keuntungan usahatani bawang merah di Desa Sukorejo sebesar Rp. 227.629.817/jumlah luasan, sedangkan di Desa Sidokare sebesar Rp. 143.594.864 / jumlah luasan  Pendapatan finansial usahatani bawang merah di Kabupaten Nganjuk bernilai positif (> 0) mempunyai arti bahwa usahatani bawang merah memberikan keuntungan finansial kepada petani.  Keuntungan finansial usahatani bawang merah di Desa Sukorejo  sebesar Rp. 227.629.817 / jumlah luasan, sedangkan usahatani di Desa Sidokare Rp. 143.594.864/ jumjlah luasan lahan.
(2)               Hasil analisis Analisis Domestic Resource Cost (DRC) menunjukan bahwa komoditas bawang merah di Kabupaten $0ANganjuk,  memiliki keunggulan komparatif, karena biaya sumberdaya domestic (DRC) yang digunakan lebih kecil dari shadow exchange Rate (SER) ditunjukan oleh DRCR < 1.  Usahatani bawang merah di Desa Sukorejo memiliki tingkat keunggulan komparatif lebih tinggi dibanding Desa Sidokare ditunjukan oleh DRCR sebesar 0,575% lebih kecil daripada   DRCR di Desa Sidokare yang nilainya sebesar 0,814%, Usahatani bawang merah di Desa Sukorejo lebih efisien dalam penggunaan sumberdaya domestic, karena pada SER sebesar Rp. 8.571,28/US$ untuk menghemat satu satuan devisa (1 US$) diperlukan biaya sumberdaya domestic (DRC) sebesar Rp. 2.057,08, Sedangkan di Desa Sidokare sebesar Rp. 2.914,20.  Keunggulan komparatif yang dimiliki Kabuapten Nganjuk pada usahatani bawang merah diantaranya ; rendahnya biaya input domestik seperti tenaga kerja, pupuk kandang dan penggunaan alat perangkap kaper.
(3)               Analisis Domestic Resource (DRC) atas harga actual (DRC*), menunjukan bahwa komoditas bawang merah di Kabupaten Nganjuk memiliki keunggulan kompetitif ditunjukan oleh DRCR* < 1, artinya biaya sumberdaya domestik pada harga aktual (DRC*) lebih kecil dari pada nilai tukar mata uang resmi (nilai tengah rupiah). Usahatani bawang merah di Desa Sukorejo, memiliki tingkat keunggulan kompetitif lebih tinggi dibanding di Desa Sidokare, Ditunjukan oleh DRCR* sebesar 0,24 % lebih kecil  daripada DRCR* usahatani bawang merah di Desa  Sukorejo yang nilainya sebesar 0,34%.  Usahatani bawang merah di Desa Sukorejo lebih efisien dalam penggunaan sumberdaya domestik, karena pada NTR sebesar Rp. 8.571,17/US$ untuk menghemat satu satuan devisa (1 US$) diperlukan sumberdaya domestik (DRC*) sebesar Rp. 2.057,08 sedangkan pada usahatani bawang merah di Desa Sidokare sebesar  Rp. 2.914,20  Dari hasil Analisis DRC dan PAM diketahui bahwa, kedua sistem usahatani  yang diterapkan di Kabupaten Nganjuk memiliki keunggulan komparatif oleh nilai DRC > 1 dan DRCR > 1. Disamping itu juga memiliki keunggulan kompetitif, ditunjukan oleh nilai DRC* > 1 dan DRCR* >1.
(4)               Koofesien Proteksi Output Nominal (NPCO) bawang merah sebesar 1,02 % Nilai tersebut memiliki arti bahwa dengan adanya kebijakkan pemerintah terhadap output menyebabkan harga aktual lebih besar daripada harga sosial, dimana harga aktual bawang merah sebesar Rp. 5.500,00/kg lebih tinggi daripada harga sosial yang besarnya Rp. 3.141 /kg, hal tersebut akan merangsang impor bawang merah. Pada NPCO sebesar 1,02% terjadi transfer output kepada petani sebesar Rp. 492.860,920/jumlah luasan lahan  pada usahatani di Desa Sukorejo, lebih kecil daripada di Desa Sidokare yang besarnya Rp. 699.26.880 /jumlah luasan. Nilai koefesien Proteksi Input Nominal (NPCI) > 1. Menunjukkan bahwa pemerintah melakukan proteksi kepada produsen input tradeable, sedangkan petani sebagai konsumen yang menggunakan input tersebut dirugikan dengan tingginya harga sarana produksi.  Efektive Proteksi Cooefficien (EPC) yang diperoleh petani sebesar 2 %.  Nilai EPC > 1 mempunyai arti bahwa secara umum, petani diuntungkan dengan adanya intervensi pemerintah. Nilai transfer bersih pada usahatani di Desa Sukorejo sebesar Rp. 532.740,753 / jumlah luasan menggambarkan adanya intervensi pemerintah menyebabkan surplus yang diterima petani negatif, sedangkan di Desa Sidokare nilai transfer bersih sebesar Rp. 686.073,106 / jumlah luasan. Nilai Koofesien Keuntungan (PC) pada usahatani bawang merah di Desa Sukorejo sebesar 0,93%, menunjukan bahwa konsumen lebih diuntungkan dengan adanya intervensi pemerintah sedangkan petani memperoleh keuntungan individual yang lebih kecil. Nilai PC pada usahatani di Desa Sidokare sebesar 1,03%, menunjukkan dengan adanya intervensi pemerintah, keuntungan individual yang diterima petani lebih besar daripada keuntungan sosial yang diterima konsumen. Nilai SRP usahatani bawang merah sama dengan atau mendekati nol, menunjukkan kebijakan pemerintah tidak berdampak secara langsung pada biaya usahatani bawang merah.
(5)               Hasil Analisis sensitivitas perubahan input-output terhadap keunggulan komparatif dengan asumsi jika satu variabel berubah, maka variabel lain tetap adalah sebagai berikut : (a) Produktivitas bawang merah dan harga sosial output berhubungan positif dengan tingkat keunggulan komparatif  semakin besar persentase kenaikan produktivitas dan harga sosial output maka semakin tinggi tingkat keunggulan komparatif sebaliknya, semakin besar persentase penurunan produktivitas dan harga sosial output maka semakin rendah tingkat keunggulan komparatif.  (b) Sensitivitas perubahan harga sosial input tradeable dan upah tenaga kerja berhubungan negatif dengan DRC dan DRCR, artinya kenaikan harga sosial input tradeable dan upah tenaga kerja akan menurunkan tingkat keunggulan komparatif, sebaliknya penurunan harga sosial input tradeable dan upah tenaga kerja akan menaikkan tingkat keunggulan komparatif.  (c) Sensitivitas shadow exchange rate berhubungan positif dengan DRC dan DRCR, artinya menguatnya nilai tukar rupiah akan menaikan tingkat keunggulan komparatif,  sebaliknya melemahnya nilai tukar rupiah akan menurunkan tingkat keunggulan komparatif.  Sedangkan jika asumsi yang digunakan adalah terjadinya kenaikan tiga variabel (harga sosial input, output dan upah tenaga kerja) secar` bersama, maka sensitivitas terhadap keunggulan komparatif berhubungan positif.
(6)               Hasil analisis sensitivitas perubahan input-output terhadap keunggulan kompetitif dengan asumsi jika satu variabel berubah, maka variabel lain tetap adalah sebagai berikut : (a) produktivitas bawang merah dan harga aktual output berhubungan positif dengan tingkat keunggulan kompetitif, semakin besar persentase kenaikan produktivitas dan harga aktual output maka semakin tinggi tingkat keunggulan kompetitif.  Sebaliknya semakin besar persentase penurunan produktivitas dan harga aktual output, maka semakin rendah tingkat keunggulan kompetitif (b) Sensitivitas perubahan harga aktual input tradeable dan upah tenaga kerja berhubungan negatif dengan DRC* dan DRCR*, artinya kenaikan harga sosial input tradeable dan upah tenaga kerja akan menurunkan tingkat keunggulan kompetitif, sebaliknya penurunan harga aktual input tradeable akan menaikkan tingkat keunggulan kompetitif. (c) Sensitivitas Nilai Tengah Rupiah  berhubungan positif dengan DRC* dan DRCR*, artinya menguatnya nilai tukar rupiah akan menurunkan tingkat keunggulan kompetitif.  Sedangkan jika asumsi yang digunakan adalah terjadi kenaikan tiga variabel (harga aktual input, output dan upah tenaga kerja) secara bersama, maka sensitivitas terhadap keunggulan kompetitif berhubungan positif.
            Berdasarkan kesimpulan di atas, maka hipotesis 1, II, III, IV dan V, dalam penelitian ini dinyatakan diterima.
            Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang  dapat diajukan adalah (1) Komoditas bawang merah di Kabupaten Nganjuk memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan komoditas andalan Kabupaten Nganjuk dalam rangka mengoptimalkan potensi wilayah,  (2) Daya saing komoditas bawang merah dapat ditingkatkan dengan peningkatan produktivitas usahatani misalnya dengan perbaikan sistem budidaya dan penggunaan teknologi pertanian yang lebih efisien, (3) Hendaknya pengembangan komoditas bawang merah diiringi dengan pengembangan agroindustri dan penyimpanan bawang merah untuk bibit, karena nilai tambah yang di dapat lebih besar.  (4) Kebijakan pemerintah efektif masih dibutuhkan oleh petani keberlangsungan agribisnis di kabupaten Nganjuk, misalnya, subsidi pada input tradeable vital seperti pupuk, pestisida, penghapusan pungutan liar pada aktivitas perdagangan, pengawasan yang lebih ketat pada Dinas Bea Cukai untuk menjamin terealisasinya aturan perdagangan tentang bea masuk dan tarif impor-ekspor secara adil dan sehat,  (5) Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan perhitungan persentase berat bawang merah yang digunakan untuk bibit dibandingkan untuk konsumsi.  Data tersebut nantinya digunakan untuk menentukan harga sosial bawang merah, sehingga estimasi tentang harga sosial lebih akurat, karena bawang merah selain diperdagangkan dalam bentuk bibit juga diperdagangkan dalam bentuk konsumsi / olahan.(bawang merah sebagai suatu produk). 

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
atau klik disini

Tidak ada komentar:

Cara Seo Blogger
×
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...